PATOGENESA DAN PENULARAN TB PARU

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M.tuberculosis, M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB. Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis antara lain adalah sebagai berikut: 

• Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron. 

• Bersifat tahan asam dalam perwanraan dengan metode Ziehl Neelsen, berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop. 

• Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa. 

• Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C. 

• Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet. Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30-37°C akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu. 

• Kuman dapat bersifat dorman. - 22 - 2. 

Penularan TB 

Sumber Penularan TB Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-3500 M.tuberculosis. Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4500 – 1.000.000 M.tuberculosis. 

Perjalanan Alamiah TB Pada Manusia. Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit.Tahapan tersebut meliputi tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia, sebagai berikut: 

1) Paparan Peluang peningkatan paparan terkait dengan: • Jumlah kasus menular di masyarakat. • Peluang kontak dengan kasus menular. • Tingkat daya tular dahak sumber penularan. • Intensitas batuk sumber penularan. • Kedekatan kontak dengan sumber penularan. • Lamanya waktu kontak dengan sumber penularan. 

2) Infeksi Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah infeksi. Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung dari daya tahun tubuh manusia. Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum penyembuhan lesi. 

3) Faktor Risiko Faktor risiko untuk menjadi sakit TB adalah tergantung dari: 

• Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup - 23 - 

• Lamanya waktu sejak terinfeksi 

• Usia seseorang yang terinfeksi • Tingkat daya tahan tubuh seseorang. Seseorang dengan daya tahan tubuh yang rendah diantaranya infeksi HIV AIDS dan malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan berkembangnya TB Aktif (sakit TB). 

 • Infeksi HIV. Pada seseorang yang terinfeksi TB, 10% diantaranya akan menjadi sakit TB. Namun pada seorang dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB. Orang dengan HIV berisiko 20-37 kali untuk sakit TB dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula. 4) Meninggal dunia Faktor risiko kematian karena TB: • Akibat dari keterlambatan diagnosis 

• Pengobatan tidak adekuat. 

• Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit penyerta. 

• Pada pasien TB tanpa pengobatan, 50% diantaranya akan meninggal dan risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV positif. Begitu pula pada ODHA, 25% kematian disebabkan oleh TB.

Design Methodologies for HIS Development

Traditional IT development approaches such as systems development life-cycle (SDLC) methods and functional team IT organization were outdated long before the advent of the digital economy. In response to the drawbacks of the traditional IT development approaches, various alternative systems development methods such as rapid application development (RAD) and object-oriented systems development were introduced in 1990s. Due to its relative popularity, there are a large number of evaluation studies on clinical decision support systems (CDSS). Kaplan (Kaplan, 2001) reviewed studies focusing on the evaluation of CDSS, with the main emphasis upon changes in clinical performance and systems that could improve patient
care. Kaplan’s study includes many evaluations of CDSSs using designs based on laboratory experiments or Randomized Controlled Clinical Trials (RCTs).

FUNDAMENTAL CONCEPTS AND THEORIES IN HEALTH INFORMATION SYSTEMS

Defining Health Information System (HIS)
A health information system collects data as a part of the patient care process. This data can be used across a number of systems of many different purposes and as with all patient data, it must be subject to confidentiality and security safeguards. Patient data must integrate with data from other facilities and it must meet the needs of various professional groups. Health information systems generally comprise several different applications that support the needs of the organizations. Some of the concepts and terminologies related to HIS are as follows.

Components of Information Systems

When describing an information system, it can help to look at the following typical components of information systems: enterprise functions, business processes, application components, and physical data processing systems. An enterprise function describes what acting human or machines have to do in a certain enterprise to contribute to its mission and goals. For example, patient admission, medical and nursing care planning, or financial accounting describe typical enterprise functions. Enterprise functions are ongoing and continuous. They describe what is to be done, not how it is done. Enterprise functions can be structured into a hierarchy of enterprise functions, where an enterprise function can be described in more detail by refined sub-functions.